Senin, 31 Agustus 2020

Tips Mendaki Gunung Bersama Anak

Mendaki Bersama Anak

Kegiatan mendaki gunung sudah sangat tren belakangan ini, tidak seperti pada tahun 90_an sampai pertengahan tahun 2000 pendakian hanya dilakukan oleh para anggota Pecinta Alam. Tidak jarang kita lihat di media sosial para orang tua membawa serta anak-anaknya untuk mendaki gunung. Tentu saja hal ini akan mendatangkan kepuasan tersendiri bagi para orang tua yang mampu membawa anaknya mencapai ketinggian. 
Bukit Nanggi 2.300 MDPL
Selain bisa mendatangkan kepuasan tersendiri bagi para orang tua, sebenarnya kegiatan mendaki gunung juga sangat bagus untuk tumbuh kembang anak. Setidaknya dengan mendaki gunung kita bisa mengajarkan beberapa hal kepada anak:

1. Menumbuhkan rasa peduli kepada alam dan lingkungan
Dengan mengajak anak-anak mendaki gunung setidaknya kita sudah memperkenalkan alam sekitar kepada anak, baik dari segi keindahannya, flora maupun fauna. Sambil mendaki para orang tua juga bisa  memberikan penjelasan secara sederhana pentingnya menjaga alam dan lingkungan sekitarnya agar bisa dinikmati oleh orang lain di masa yang akan datang.

2. Belajar mengenai arti sebuah proses dan perjuangan
Mendaki gunung adalah sebuah proses panjang dari sebelum berangkat sampai kembali lagi ke rumah dengan selamat. Sebisa mungkin libatkan anak dalam proses pendakian tersebut, dari persiapan peralatan, perbekalan dll. Sehingga anak-anak bisa memahami jika mendaki gunung butuh proses untuk bisa sampai ke puncak. Yang tidak kalah penting adalah tekankan arti perjuangan dan kerja keras saat proses mendaki, sehingga anak-anak bisa faham jika mendaki gunung membutuhkan tenaga dan perjuangan keras untuk melangkahkan kaki dari bawah sampai puncak gunung.

3. Mengerti arti support dari orang tua
Sebagai orang tua kita harus rajin memberikan support kepada anak selama pendakian, terutama ketika anak sudah mulai kelihatan lelah. Berikanlah kata-kata yang bisa menumbuhkan semangatnya di sela-sela istirahat sambil menikmati makanan ringan selama mendaki. Bagaimanapun juga anak-anak harus faham jika selama mendaki selalu medapatkan dukungan dan support dari orang tua.

Support terus anak agar kuat melangkah selama pendakian


4. Belajar kerja sama
Ketika mendaki gunung bersama anak-anak usahakan untuk membawa serta orang dewasa lain dalam sebuah tim. Selain karena untuk berjaga-jaga dengan kondisi si kecil, agar anak-anak juga bisa melihat langsung bagaimana anda sebagai orang tua bekerja sama dengan anggota tim yang lain. Anak-anak akan melihat bagaimana anggota tim saling berbagi tugas dari mengambil air, memasak dan lain-lain. Usahakan selama mendaki anak-anak melihat langsung proses tersebut sambil duduk-duduk di dalam tenda dengan pintu terbuka. 


5. Mengerti arti tanggung jawab dan mandiri.
Selama mendaki gunung hendaknya sebagai orang tua mulai memberikan sebuah beban kecil yang bisa menjadi tanggung jawabnya selama mendaki. Para orang tua bisa memberikan sebuah tas kecil yang berisi jaket, snack dan air minum selama perjalanan. Tentu saja besar dan beban tas disesuaikan dengan umurnya agar tidak membahayakan anak selama pendakian. Tekankan jika isi tas tidak boleh hilang dan hanya dibuka saat dibutuhkan saja. Pesan kepada anak jika merasa lapar dan haus harus membuka bekalnya sendiri yang ada dalam tas, tanpa harus meminta bantuan kepada anda sebagai orang tua.

Berikan anak membawa tas perbekalannya sendiri

Berapa usia yang pas untuk anak mendaki gunung
Sebenarnya tidak ada ketentuan pada usia berapa kita bisa membawa serta anak mendaki gunung, karena tergantung kesiapan dan kemampuan orang tua dalam melihat kondisi dan kesiapan anak. Namun jika kita bermaksud agar anak bisa mendapatkan pelajaran dalam proses pendakian gunung seperti yang terbut di atas, alangkah baiknya anak dibawa mendaki setelah usia 9 tahun untuk gunung dengan ketinggian > 3.500 MDPL. Untuk mendaki gunung atau bukit dengan ketinggian 2.500 MDPL anak usia < 5 tahun juga bisa diajak ikut serta. Tidak jarang kita melihat ada orang tua yang membawa anaknya yang masih bayi dan berumur < 3 tahun mendaki gunung dengan ketinggian > 3.500 MDPL. Hal ini tidaklah salah cuma tidak direkomendasikan, karena pada usia tersebut fisik anak masih lemah dan jutru akan menjadi beban orang tua. Karena sudah pasti selama perjalan anak seusia itu akan selalu digendong dan tidak mungkin akan bisa berjalan dengan kondisi menanjak dan terjal. Hal yang paling penting untuk mengajarkan anak akan banyak hal selama mendaki gunung seperti penjelasan diatas tidak akan bisa di usia tersebut. Jangan sampai keinginan membawa anak mendaki gunung hanya karena ego dan kepuasan orang tua saja tanpa memperhatikan kondisi fisik dan psikologis anak. Karena jika hanya karena memuaskan ego orang tua saja hal-hal penting yang bisa diketahui dan dipelajari anak selama proses pendakian gunung justru tidak akan kita dapatkan. 

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum membawa anak mendaki
Sebagai orang tua tentu kita harus bijak sebelum membawa anak mendaki gunung, jangan sampai karena ego sebagai orang tua justru akan menjadi petaka dan trauma bagi tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Sebelum mendaki perhatikanlah beberapa hal agar pendakian bersama anak menjadi aman dan nyaman.

1. Pahami kondisi anak
Di dunia ini tidak ada yang lebih memahami kondisi seorang anak selain orang tuanya sendiri. Perhatikanah tingkah polah anak anda, apakah ia suka kegiatan di luar ruangan atau justru ia lebih suka berdiam di rumah dan jalan-jalan ke mall. Jangan memaksakan harus membawanya karena nanti justru akan mengakibatkan ketidaknyamanan bagi anak itu sendiri. Yang tidak kalah penting adalah perhatikan kondisi fisik si anak, bagaimana reaksinya terhadap udara panas, dingin dan kelembaban. Hal ini sangat penting agar anak tidak mengalami sakit selama pendakian yang justru bisa membahayakan keselamatannya. Bila perlu pancing anak untuk latihan lari tiap pagi sebelum diajak mendaki. 

2. Kenali medan gunung yang akan di daki
Dalam hal ini orang tua diharapkan untuk lebih detail mengetahui kondisi medan dan ketinggian gunung yang akan didaki bersama anak. Usahakan membawa anak mendaki gunung dengan bertahap sesuai dengan usianya, jangan sampai langsung membawanya ke ketinggian > 3.500 MDPL. Selain ketinggian, kontur tanah dan kemiringannya juga harus diperhatikan apakah akan melewati medan yang berbahaya atau tidak. Hal ini sangat penting demi keselamatan si buah hati selama pendakian. Jika ingin membawa anak usia < 5 tahun alangkah baiknya dibawa mendaki ke gunung atau bukit dengan ketinggian < 2.500 MDPL, tentu saja dengan medan yang masih memungkinkan untuk anak-anak. Jika anak sudah berumur 9 tahun bisa dibawa ke ketinggian > 3.500 karena di usia tersebut fisik anak sudah lebih kuat dan sudah bisa memahami proses pendakian. Pada usia tersebut anak-anak sudah bisa menangkap dan memahami hal-hal yang mau kita ajarkan kepadanya selama pendakian.

Sesuaikan ketinggian gunung yang akan didaki dengan umur dan fisik anak

3. Rencanakan dengan baik
Mendaki gunung bersama anak bukanlah pekerjaan yang gampang, karena orang tua selain membawa beban "carrier" dipunggungnya tentu saja akan memikul beban extra yaitu anak. Untuk anak usia < 3 tahun para orang tua harus mempersiapkan gendongan alias "Child Carrier" yang sudah pasti akan membutuhkan orang lain dalam tim untuk membawakan "Carrier" yang berisi peralatan dan kebutuhan kita bersama anak selama mendaki. Persiapan perbekalan (logistik) harus diperhatikan dengan priorotas utama perbekalan untuk anak, dimana selera makan kita dengan anak-anak pasti berbeda. Persiapkan snack padat kalori yang menjadi kesukaan anak seperti coklat, susu dll, karena pada saat pendakian anak-anak akan lebih cepat meraskan lapar dibandingkan dengan orang dewasa. 

4. Siapkan peralatan mendaki yang baik untuk anak
Yang tidak kalah penting sebelum pendakian adalah menyiapkan peralatan mendaki yang baik untuk anak-anak. Dalam hal ini adalah peralatan yang mendukung dia menghadapi medan dan cuaca ekstrim selama pendakian. Sebagai orang tua yang perlu disiapkan adalah sepatu, pakaian ganti, jaket tebal untuk menghangatkan tubuh, serta tas yang akan dibawa. Untuk orang tua yang membawa anak usia < 3 tahun yang butuh"Child Carrier", usahakan spesifikasinya memang untuk mendaki yang saat ini sudah banyak dijual secara online. Hal ini dimaksudkan demi kenyamanan selama mendaki.

5. Jangan mendaki berdua bersama anak
Jika tekad sebagai orang tua sudah bulat untuk membawa anak mendaki gunung, maka usahakan membawa serta orang dewasa lain dalam tim. Karena bagaimanapun kuatnya anda sebagai orang tua akan mengalami kesulitan dalam menjaga dan mengurus kebutuhan anak selama di atas gunung. Disamping itu dengan kita mendaki bersama orang lain dalam tim, anak akan bisa belajar maksimal akan pentingnya arti kerja sama antar anggota tim selama proses pendakian. Hal ini penting bagi anak untuk proses tumbuh kembangnya kelak di kemudian hari. Mendaki bersama orang lain dalam sebuah tim juga untuk berjaga-jaga atas segala sesuatu yang tidak diinginkan.

Mendakilah bersama orang dewasa lain dalam sebuah tim 

6. Jangan lepas pengawasan
Saat mendaki gunung pengawasan orang tua kepada anak harus ekstra terutama di jalur yang dirasa rawan dan berbahaya. Jangan sampai kelengahan orang tua justru mendatangkan bencana bagi anak. Sebisa mungkin selalu berjalan di dekat anak dan tidak membuat jarak selama pendakian, begitu juga saat di base camp. Karena biasanya jika sudah di base camp atau puncak kondisi sekitar sudah penuh jurang yang dalam. Pengawasan harus ekstra termasuk ketika anak mau buang air (BAK maupun BAB).

Selalu awasi anak selama dalam pendakian
Mendaki bersama anak dan keluarga memang mengasyikkan, tapi jangan sampai karena keinginan dan ego sebagai orang tua justru membahayakan keselamatan anak itu sendiri. Bagaimanapun juga keputusan membawa anak mendaki ada di tangan kita sebagai orang tua. Tapi ingat mendaki gunung bukanlah sekedar foto bersama anak dan keluarga di puncak gunung yang kemudian di upload ke akun media sosial. Tapi lebih dari itu kita harus tetap memperhatikan keselamatan anak dan bisa memberikan pelajaran yang berarti bagi tumbuh kembang anak.

Selamat mendaki....


Minggu, 30 Agustus 2020

Materi Survival

 SURVIVAL
Pendakian gunung adalah salah satu jenis kegiatan yang akhir-akhir ini begitu hits di kalangan mellenial. Sayangnya tidak semua pendaki gunung saat ini yang faham betul mengenai pengetahuan Survival, sehingga sering jatuh korban meninggal dunia diantara para pendaki. Hal ini tidaklah mengherankan karena saat ini dengan modal uang dan menyewa alat-alat gunung semua orang bisa mendaki gunung.
Lokasi: Gunung Tambora jalur Desa Pancasila
Survival berasal dari kata Bahasa Inggris"Survive" yang artinya bertahan hidup atau menyelamatkan hidup. Sedangkan kata "Survival" sendiri mengandung makna suatu kondisi tertentu yang menuntut seseorang untuk mempertahankan hidupnya dalam kondisi yang buruk atau kritis di suatu daerah yang asing atau belum pernah ditemuinya. Sedangkan Survivor adalah seseorang yang mempertahankan hidupnya dari suatu kondisi yang buruk atau kritis di daerah yang asing. Pengetahuan Survival sangat dibutuhkan oleh seorang pegiat alam bebas untuk mengantisipasi kondisi di luar kendali ketika melakukan kegiatan di alam bebas. Mendaki gunung adalah salah satu contoh kegiatan di alam bebas yang membutuhkan pengetahuan Survival.

Menurut buku komando Survival definisi Survival adalah sebagai berikut:
  • Sadarilah sungguh-sungguh situasimu
  • Untung malang tergantung ketenanganmu
  • Rasa takut dan panik harus kamu kuasai
  • Vakum (kosong) isilah dengan segera
  • Iingatlah selalu dimana kamu berada
  • Viva (hidup) hargailah dia
  • Adat istiadat setempat patut ditiru
  • Latihlah dirimu dan belajarlah selalu
Statistik menunjukkan bahwa kemampuan seorang Survivor untuk bertahan hidup rata-rata adalah 3 hari atau selama 72 jam. Sedangkan yang bisa hidup diatasa 3 hari adalah 5 persen, dan itupun karena didukung oleh kekuatan fisik dan pengetahuan Survival yang cukup baik.
Hal yang sangat dibutuhkan seorang Survivor ketika menghadapi kondisi Survival adalah tetap tenang dan tidak panik. Kenali daerah sekitar dengan melihat bentangan alam serta flora dan fauna di sekitar, dan tidak tergesa-gesa dalam menentukan prioritas Survival yang beresiko keliru. Dalam kondisi Survival diperlukan pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan tubuh. Dalam hal ini adalah memahami reaksi atau dampak dari pengaruh lingkungan. Tantangan terberat adalah sikap mental atau psikologis dalam menghadapi situasi buruk atau kritis.

Jika tersesat hal yang perlu dilakukan adalah STOP:
  • Stop and seating/ Berhenti dan duduklah
  • Thingking/ Berpikirlah
  • Observe/ Amati keadaaan sekitar
  • Planning/ Buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Berikut adalah contoh prioritas dalam kondisi Survival:
  1. Yang paling utama tentunya adalah udara, bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapatkan prioritas untuk bisa bertahan hidup.
  2. Selanjutnya adalah perlindungan diri dari cuaca buruk dan keganasan alam. Jika tidak ada tenda atau gua dan tidak sempat membuat bivak maka membuat perapian bisa menjadi pilihan kedua.
  3. Istirah adalah hal yang kelihatan sepele namun sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena dengan istirhat tubuh akan terbebas dari CO2 , asam dan pemborosan metabolisme lainnya. Dalam hal ini istrihat mental termasuk hal yang sangat menetukan, sebab stress bisa mengurangi kemampuan untuk bertahan hidup. 
  4. Kebutuhan air, karena tubuh manusia 2/3 terdiri dari cairan maka ketersediaan air sangat menentukan dalam kondisi Survival. Usahakan untuk menghemat air jika belum menemukan sumber air, karena tanpa air manusia hanya bisa berahan hidup hanya dalam 3 hari atau 72 jam. 
  5. Ketersediaan makanan juga harus diperhatikan dan bisa memanfaatkan pengetahuan flora dan fauna untuk mencari sumber makanan. Karena di alam bebas tidak semua flora dan fauna bisa dimakan, karena ada beberapa diantaranya mengandung racun yang justru sangat berbahaya bagi hidup. Hindari makan jamur karena selain beresiko mengandung racun, kandungan kalori jamur juga sangat rendah. Tapi berdasarkan catatan, manusia bisa bertahan hidup tanpa makanan selama 40 - 70 hari.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam kondisi Survival:
1. Sikap metal: semangat untuk ingin tetap hidup, kepercayaan diri, akal sehat, disiplin dan rencana matang, serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
2. Pengetahuan: cara membuat bivak, cara memperoleh air, cara mendapatkan makanan, cara membuat api, pengetahuan orientasi medan (navigasi) dll.
3. Pengalaman dan latihan: latihan mengidentifikasi tanaman, latihan membuat perangkap (trap) dll.
4. Peralatan: kotak survival, pisau jungle dll

Contoh tool kits Survival (Sumber google pictures)


Bahaya-bahaya yang dihadapi dalam kondisi Survival antara lain:

1. Ketegangan atau panik
Cara pencegahan: sering berlatih, berfikir positif, optimis, persiapan fisik dan mental.
2. Panas matahari
Cara pencegahan: Aklimatisasi yaitu penyesuaian diri dengan iklim dan lingkungan, mengurangi aktifitas, garam dapur (inilah fungsi utama membawa garam jika naik gunung bukan ditebarkan disekitar tenda untuk mencegah binatang melata seperti ular), memakai pakaian longgar.
3. Kemerosotan mental
Gejalanya adalah: lemah, lesu, kurang bisa berfikir dengan baik, histeris. Penyebabnya adalah kejiwaan dan kondisi fisik lemah serta kondisi alam yang mencekam. 
Pencegahan: tentu saja dengan tetap tenang dan banyak berlatih.
4. Binatang berbisa dan beracun
Gejala: pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, diare, kejang-kejang sekujur badan bahkan pingsan. Pencegahan: hindari memamakan tumbuhan atau hewan yang mengandung racun, minum air garam atau air teh pekat.
5. Kelelahan akut
Pencegahan: makan makanan yang mengadung kalori dan mengurangi kegiatan yang berat dan berbahaya. Lindungi badan dari suhu ekstrim karena penurunan suhu tubuh dibawah 30° C bisa menyebabkan kematian.

Dalam kondisi Survival seorang Survivor juga bisa melakukan beberapa hal:
1. Membuat Bivak atau Shelter perlindungan baik dari cuaca ekstrim maupun binatang buas.
2. membaca dan membuat jejak yang bisa dilihat oleh orang, misalnya dengan membuat tanda pada batang-batang pohon.
3. Mencari sungai dan mengikuti alur sungai, karena sungai juga merupakan sumber air yang sangat membantu dalam kondisi Survival.
4. Membuat perapian agar asapnya bisa terlihat oleh orang lain, hal ini sangat membantu Survivor untuk membeitahukan keberadaannya.
5. Membunyikan peluit, usahakan membawa peluit yang suaranya tidak sama dengan suara hewan seperti burung dll. Peluit juga bisa digunakan untuk mengirimkan sandi morse kepada orang lain yang mungkin berada di sekitar lokasi Survivor.

Sebisa mungkin dalam setiap kegiatan alam bebas selalu membawa Survival tool kits yang terdiri dari: mata pancing/ kait, jarum, benang, peniti, tali kecil (prusik), cermin suryakanta atau cermin kecil, senter, peluit, korek api yang tersimpan dalam tempat kedap air agar tidak basah, ponco/ jas hujan/ rain coat dll. Karena kesiapan anda sebelum melakukan kegiatan di alam bebas akan sangat menentukan hidup anda ketika dalam kondisi Survival dan menjadi seorang Survivor.


*Dari berbagai sumber


Hargai Hidup Anda...
Salam Lestari...